Sabtu, Juni 07, 2008

Peternak Ayam Menjerit

1. Sekilas tentang Ayam Kampung
Beternak ayam kampung pada umumnya hanya sekedar untuk memanfaatkan sisi-sisa makanan agar tidak dibuang sia-sia. Namun jika dikelola secara intensif ayam kampung juga dapat mendatangkan nilai tambah bagi pengelolanya. Disamping menghasilkan telur juga menghasilkan daging yang mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi.
Ayam kampung memang bertelur dan dagingnya dapat dimakan, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai ayam dwiguna secara komersial-unggul. Penyebabnya, dasar genetis antara ayam kampung dan ayam ras petelur dwiguna ini memang berbeda jauh. Ayam kampung memiliki kemampuan beradaptasi yang luar biasa baiknya terhadap lingkungan. Sehingga ayam kampung dapat mengantisipasi perubahan iklim dengan baik dibandingkan ayam ras. Hanya kemampuan genetisnya yang membedakan produksi kedua ayam ini. Walaupun ayam ras itu juga berasal dari ayam liar di Asia dan Afrika.
Pada umumnya ayam kampung dipelihara secara tradisional dengan pola ala kadarnya, tanpa perawatan khusus dan tanpa kandang, sehingga sering ditemui ayam kampung yang tidur di atas pohon.

2. Isu Flu Burung

Sebagai peternak ayam kampung yang sudah malang melintang selama empat belas tahun lebih, penulis prihatin dengan mencuatnya kasus flu burung. Penulis sendiri mengikuti berita televisi yang menyebutkan bahwa beberapa wilayah di daerah Jawa Barat, DKI Jakarta , dan Bali merebak wabah flu burung . Bahkan, sempat ada larangan memelihara unggas yang diprakarsai oleh Gubernur Daerah Khusus Ibukota Sutiyoso. Selain itu, tidak jarang dimunculkan berita pemusnahan unggas dengan jalan dibakar secara besar-besaran baik terhadap unggas yang terinfeksi penyakit maupun yang tidak/belum terinfeksi penyakit.
Menurut warga Dukuh Mergayu Desa Klurahan Kecamatan Ngronggot pemusnahan unggas tersebut akan menimbulkan kecemasan dan kepanikan di tengah-tengah masyarakat, khususnya yang memelihara ayam baik petelor atau ayam kampung seperti yang banyak dilakukan warga Mergayu. Karenanya, ia berharap pemerintah dalam hal ini Dinas Peternakan dapat memberikan sosialisasi kepada masyarakat khususnya masalah pencegahan flu burung. Pemerintah seharusnya melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Kalau ada sosialisasi peternak siap berdiskusi untuk mencari jalan yang terbaik.
Para peternak yang tergabung dalam Perhimpunan Peternak Unggas Indonesia (PPUI) maupun yang bukan anggota PPUI, akan mengikuti instruksi Presiden untuk memusnahkan ayam yang terkena flu burung. Namun, mereka meminta agar kompensasi akibat pemusnahan ayam itu diberikan dalam bentuk uang, bukan dalam bentuk anak ayam atau pakan ternak seperti yang dijanjikan pemerintah. Pernyataan tersebut dikemukakan Ketua Umum PPUI, Ali Abubakar, dan sejumlah peternak di kawasan Bogor dan Tangerang, Jumat (30/1) pagi. Mereka diminta tanggapannya atas instruksi Presiden Megawati Soekarnoputri untuk memusnahkan ayam yang terkena flu burung dan akan memberikan kompensasi dalam bentuk bibit atau anak ayam. Sementara itu, Komisi III DPR setuju memberikan anggaran Rp 212 miliar bagi penyediaan vaksin, pelaksanaan biosekuriti peternakan, pemusnahan dan kebutuhan peralatan laboratorium serta public awareness.
Ali Abubakar mengatakan kompensasi itu sesuai dengan UU Nomor 6 Tahun 1967. Soal ini akan dibahas oleh tim dari pemerintah. ”Tetapi sesuai dengan UU itu maka ganti rugi dalam bentuk uang sesuai jumlah, jenis, umur ayam berdasarkan harga yang berlaku saat pemusnahan,” ujar Ali.
Ganti rugi sesuai dengan UU tersebut, menurut Ali, hanya bagi peternak rakyat mandiri. Terhadap peternak dalam sistem kemitraan yang terintegrasi maka kerugian ditanggung oleh perusahaan inti.
Menurut Hartono, isu flu burung mengakibatkan konsumsi daging ayam di Indonesiamencapai titik terendah, yakni hanya 20 persen dari suplai. Namun, meskipun saatini mencapai 95 persen dari permintaan normal, stok nasional menumpuk sampai 11juta ekor. Stok tersebut berlebihan sehingga tidak mustahil memicu penurunan harga dagingayam.
Sebenarnya isu flu burung terlalu dibesar-besarkan oleh negara-negara maju yang memproduksi vaksi flu burung tersebut. Kalau kita mau jujur wabah penyakit demam berdarah yang berjangkit di beberapa daerah di Indonesia jauh lebih dahsyat daripada isu flu burung.

3. Harga Pakan yang Mahal

Industri ayam di dalam negeri pada saat ini menghadapi ancaman kolaps karenaharga pakan ternak melambung sangat tinggi dalam beberapa pekan terakhir.
Wahyudi mengatakan, waktu isu flu burung merebak, harga ayam pedaging anjlok di bawah biaya produksi. Pada sisi lain, peternak dijepit harga bahan baku makanan ternak yang 70 persen merupakan barang impor. Selain pasokan dunia yang kurang, biaya pengapalan yang juga naik turut mempengaruhi. Lebih lanjut dikatakan pihak pengusaha sudah melakukan pertemuan dengan pemerintah untuk menyiasati masalah ini. Mengingat hal ini juga demi kepentingan nasional.
Melambungnya harga pakan ternak juga merupakan pukulan telak bagi para peternak ayam. Tampaknya, beban peternak semakin berat dengan kenaikan itu sebab biaya produksi turut melonjak. Bagaimanapun peternak menganggap dengan kenaikan harga pakan akan mengancam usaha budi daya ayam khususnya ayam pedaging (broiler).
Pukulan beruntun yang dirasakan peternak ayam kampung wabah flu burung yang baru saja berlalu, kini harga pakan ternak semakin terdongkrak tajam. Harga pakan ternak terus melonjak seiring dengan naiknya harga bahan baku pakan di pasar internasional dan biaya pengapalan. Akibatnya produsen pakan ternak secara bertahap menaikkan harga pakan rata-rata dari Rp 4000/kg kini harganya telah mencapai Rp 5.500/kg bahkan Rp 6000/kg.
Wahyudi juga menyinggung permasalahan yang tidak pernah diatasi oleh pemerintah, yakni mafia perdagangan daging ayam yang dikuasai hanya tujuh perusahaan yang menjadi broker. Perusahaan itu yang membuat harga ayam tak pernah lebih dari Rp 10.000/kg di peternak, tetapi di supermarket harganya di atas Rp 14.000/kg.
Menyinggung kenaikan harga pakan ternak yang sangat menyulitkan peternak, Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan Sofjan Sudardjat mengatakan, pemerintah akan berusaha mencarikan jalan keluar menemukan bahan baku untuk keperluan domestik. Pemerintah akan berusaha agar kebutuhan bahan baku itu dapat diperoleh di dalam negeri.
"Jagung dan dedak sebenarnya bisa dipenuhi di dalam negeri, tetapi bungkilkedelai memang masih harus impor. Tetapi, kalau sebagian besar sudah diperolehdi dalam negeri, harga pakan bisa ditekan lebih murah," ujar Sofjan.
Lebih lanjut Sofjan juga mengatakan, pemerintah juga mengupayakan adanya pengurangan pungutan terhadap industri peternakan ayam, baik di tingkat daerah maupun di tingkat pusat. Misalnya, retribusi daerah dan Pajak Pertambahan Nilai.
Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan Sofjan Sudardjat juga mengatakan bahwa industri peternakan ayam di dalam negeri sudah mulai berjalan secara normal. Hal itudidukung oleh fakta bahwa orang-orang sudah mau makan daging dan telor ayam."Jadi, saat ini kita sudah bergerak untuk kembali ke kondisi sebelum terjadinya wabah flu burung. Bahkan, kondisinya seperti sebelum krisis ekonomi tahun 1997,"
Namun realitanya di lapangan produksi jagung dan kedelai saja, Indonesia sampai saat ini tidak mampu memenuhi sesuai kebutuhan dalam negeri. Padahal sejak masa Orde Baru program diluncurkan pemerintah untuk mengejar ketertinggalan hanya saja semuanya berlalu begitu bagai angin. Masih segar dalam ingatan Program Pengapuran, Supra Insus, Opsus Kedelai atau program yang paling terkenal ketika era pemerintahan Soeharto, yakni Program Gema Palagung (Gerakan Mandiri Padi Kedelai Jagung) menuju swasembada 2001? Hasilnya apa? Tidak ada. Sampai saat ini pun Indonesia belum mampu melakukan swasembada semua komoditi itu.

4. Pemberian Vaksinasi dan Obat

Vaksinasi merupakan salah satu cara pengendalian penyakit virus yang menular dengan cara menciptakan kekebalan tubuh. Pemberiannya secara teratur sangat penting untuk mencegah penyakit. Vaksin bagi peternak mutlak diperlukan untuk mejaga kekebalan terhadap penyakit, baik yang disebabkan oleh bakteri maupun yang disebabkan oleh virus.
Vaksin dibagi menjadi 2 macam yaitu: Vaksin aktif adalah vaksin mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan lebih lama daripada dengan vaksin inaktif/pasif dan Vaksin inaktif, adalah vaksin yang mengandung virus yang telah dilemahkan/dimatikan tanpa mengubah struktur antigenic, hingga mampu membentuk zat kebal. Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek, keuntungannya disuntikan pada ayam yang diduga sakit.
Sedangkan obat-obatan diperlukan untuk mengobati unggas yang telah terserang penyakit, baik yang disebabkan oleh bakteri maupun yang disebabkan oleh virus.

(Sumarji)
http://sumarjispendu.blogspot.com

Daftar Pustaka

http://groups.yahoo.com/group/mmaipb/message/5902
http://www.nganjukkab.go.id/ina/news.php?id=64"
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0401/30/sh01.html http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/industri/2004/0505/ind1.html
http://ngraho.wordpress.com/2008/01/02/ternak-ayam-petelur/
http://pubs.cas.psu.edu/FreePubs/pdfs/uh126.pdf.Controlling Birds Around Farm Buildings

Tidak ada komentar: